kita saling
mencintai, sama berharap tentang sebuah pencapaian. Berharap berjodoh dan hidup
bahagia selamanya. Sederhana. Sulit.
Tentang semua yang
pernah kita lalui, tidak pernah cukup kuceritakan dengan keberanian, dengan
kebahagian. Tapi ini tentang kebenaran. Kenyataan.
Dengan sisa ingatan
aku berjalan di antara kisah orang lain, menelusup di sela hidup mereka sedang
aku belum menemukan apa yang aku cari. Dan tidak pernah tahu apa yang aku
butuhkan. Aku mengembara terlalu jauh dan tidak menemukan jalan pulang, aku
tersesat dan menikmatinya dalam lelap, dengan semua apa yang kurasakan,
kuterjemahkan di setiap mimpi. Mimpiku sederhana, berharap kau menjadi tempatku
pulang karena mustahil jika aku yang harus menjadi tempatmu pulang.
Tahu apa kau tentang
hidupku jika hanya dalam mimpi kau menyertaiku, datang ketika kau terlupakan
dan menghilang ketika rindu itu menjadi candu. Entah apa yang terjadi padamu
sekarang! Apa kau ingin tahu apa yang terjadi padaku sekarang? Aku telah tiada.
Tengah malam tadi aku menyayat nadi di pergelangan tanganku dengan pecahan
bingkai foto pernikahan kita, sebelum aku menutup mata, samar-samar kupandangi
dan kuperhatikan bahwa di bingkai itu hanya ada gambarmu, sedang gambarku
hilang entah ke mana. Sekali lagi aku menengok gambar itu dan anehnya di
bingkai yang sudah bersimbah darah itu hanya bersisa kertas foto ukuran dompet.
Pergi ke mana pula dirimu?
Tubuhku terasa
hangat kemudian dingin, kali ini ketiadaanku berlangsung damai. Mati bukanlah
hal baru bagiku. Sebab, kalau dihitung-hitung aku sudah mati tiga sampai empat
kali.
Dini hari, di
sepertiga malam aku terbangun. Aku tersenyum geli karena untuk ke sekian
kalinya tuhan menghidupkanku kembali. Setengah sadar, kutahu kau berbaring di
sebelahku, berbagi bantal denganku. Bukan mengada-ada tapi aku hafal betul bau
keringatmu. Kau mencium keningku dan menyuruhku bangun untuk sembahyang, selang
beberapa menit doaku telah kukirim dan kembali aku akan rebah di sampingmu tapi
kau sudah tidak ada,. Aku tersenyum kecut, untuk kesekian kalinya dia
meninggalkanku.
Tuhan benar-benar
mempermainkanku dengan apa yang disebut kematian dan ketiadaan. Mungkin kau
tersenyum bahagia karena merasa telah mengerjaiku tapi kenyataannya aku
menderita dan mati sampai beratus-ratus kali setelah kau pergi dan betah di
tempat barumu. Aku sakit dan tak pernah lagi mati dengan damai setelahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar