Rabu, 12 Maret 2014

Susu Sapi untuk Anjing Pak RT



Hari itu matahari masih menggantung di atas kepala, atmosfer menyemburkan hawa panas sampai ke lapisan kulit bagian dalam, suasana masih sunyi senyap yang terdengar hanyalah suara eluhan dan suasana riuh piring, mangkok dll. karena seluruh warga di desa “Ambisius” pada menyiapkan santapan makan siang masing-masing. Tiba-tiba langit gelap serasa hari akan petang saja. Tanpa direncanakan, semua penduduk muncul dari balik pintu masing-masing, menghambur turun ke halaman rumah dan bergunjing dengan tetangga terdekat mereka. Aneh, langit diselubungi awan hitam tapi bayangan masih berada tepat di bawah kaki layaknya ketika matahari tepat berada di atas kepala, terpaan cahaya matahari sedikit pun tak terlihat tapi hawa panas masih mengelus kulit.

Tiba-tiba terdengar suara guntur menggelegar sekali, langit cerah kemudian turun hujan sangat lebat. Semua warga kembali berlari menaiki rumah masing-masing kecuali ibu-ibu yang harus mengangkat jemuran terlebih dahulu. Besoknya para warga menemukan amplop di depan pintu mereka yang berisi surat panggilan untuk berkumpul di rumah pak RT guna merundingkan sesuatu. Semuanya diharapkan turut serta karena itu semua sekolah diliburkan dan institusi pemerintah yang lain diperintahkan untuk tidak beraktivitas dulu sementara waktu.

Di rumah pak RT sudah berkumpul beberapa warga, yang datang langsung dipersilahkan lesehan di pekarangan sedang pak RT, staf, dan keluarga duduk berjejer di kursi masing-masing di teras menghadap ke pekarangan rumah. 

“Selamat datang, salam sejahtera untuk kita semua”, kata pak RT selaku moderator.
“Sore ini kita berkumpul di tempat ini guna membahas sesuatu yang amat penting bagi kelangsungan desa kita tercinta”, sapa pak RT dengan hangat setelah melemparkan pandangan ke setiap warganya yang sedang menjawab salam di dalam hati, karena di desa “Ambisius”, menjawab salam orang-orang yang berkedudukan dianggap kurang ajar.
“Kemarin setelah hujan redah, salah seorang warga datang menghadap ke saya, melaporkan bahwa dia menemukan seekor anak kucing yang mirip anjing atau anak anjing yang mungkin adalah kucing. Karena kita menganut paham demokrasi, kita akan sama-sama berembuk untuk mencari tahu kebenaran yang sebenar-benarnya”.
“Pak apa hubungannya status nama bagi hewan itu terhadap kelangsungan desa kita”, timpal salah seorang warga.
“Ya jelas berhubungan, sebab selain belum diketahui jenisnya, hewan tersebut juga sulit ditentukan jenis kelaminnya. Nanti saya dan staf saya yang kewalahan ketika kucing atau anjing itu sudah berumur tujuh belas tahun. Jenis kelamin apa yang akan dicantumkan pada KTP beliau. Nah, itu baru urusan kecilnya. Bagaimana kalau tiba-tiba kepengen liburan ke luar negeri. Tak ada KTP berarti nda bisa membuat pasport dong”. Semua warga mengangguk mengerti.
“hadirkan saja dulu anak kucing yang mirip anjing atau anak anjing yang mungkin adalah kucing itu pak RT”,
“panggil dukun beranak kampung sebelah saja pak RT”,
“atau hadirkan seorang dokter kelamin dari kota”, Kata warga sahut-menyahut memberikan ide.
“Untuk sementara saya akan memanggil ketua Komnas perlindungan anak, sembari saya dan para staf mencari tahu lewat internet, kalian bisa pulang ke rumah masing-masing untuk merenungi hal ini dan kembali berkumpul besok pada jam dan tempat yang sama. Hadirkan semua kerabat kalian karena sampai masalah ini selesai, sekolah dan institusi yang lain masih akan tetap diliburkan”.

Semua warga meninggalkan tempat itu dengan tertib dan dengan perasaan mereka masing-masing. Ada yang prihatin, turut prihatin sambil berpikir keras untuk solusi yang terbaik, ada yang biasa-biasa saja, bahkan ada yang tidak mengerti sama sekali, dan sisanya bersikap acuk tak acuh.

Keesokan harinya, benar mereka kembali berkumpul dan beberapa datang lebih cepat untuk mendapatkan tempat di bagian depan karena kabarnya pak RT akan menghadirkan  anak kucing yang mirip anjing atau anak anjing yang mungkin adalah kucing tersebut di tengah-tengah warga. Bahkan yang datang hari itu jauh lebih banyak, pekarangan yang diperuntukkan untuk seribu warga desa “Ambisius” penuh sesak karena warga dari luar desa juga berdatangan untuk menyaksikan sendiri berita besar yang menyebar dari mulut ke mulut itu. Bahkan, jika akses ke desa tidak sulit dan terisolir, pak RT berinisiatif untuk menghadirkan wartwan dari beberapa media massa.

“Para warga sekalian, saya punya kabar gembira. Setelah semalaman berembuk dengan para staf dan keluarga besar yang lain. Telah diketahui bahwa anak kucing yang mirip anjing atau anak anjing yang mungkin adalah kucing tersebut terbukti adalah anjing”. Semua warga bersorak riuh gembira mendengar kabar baik tersebut dan turut legah atas pencapaian yang dilakukan oleh pak RT dan staf serta keluarga.
“tunggu pak, kami perlu bukti, dan tolong hadirkan hewan yang diputuskan sebagai anjing itu di hadapan kami”, gugat seorang pemuda yang disambut dengan teriakan setuju dari beberapa warga.
“Baiklah tenang dulu biar saya ceritakan. Dari sumber yang saya dapatkan di internet, untuk mengetahui kebenaran akan  jenis hewan adalah dengan memberinya asi eksklusif atau dengan meminumkannya susu sapi murni. Kemarin saya berhasil menemukan ibu susu yang cocok untuk anjing tersebut dan terbukti, panginya anjing itu sudah bisa menggonggong. Tapi kami mengalami kendala sebab ibu susu yang telah disiapkan sekarang ini dikabarkan kritis karena terkena virus rabies. Oleh karena itu, sebagai solusi saya meminta kesedian warga untuk menyumbangakan susu sapi murni sampai anjing itu bisa berbicara”.
“memangnya anjing bisa bicara pak?”
“Ya bisalah, ini kan bukan anjing biasa. Ini anjing titipan Tuhan, tidak jelas siapa bapaknya. Sama seperti Isa al Masih”.

Semua warga mengangguk mengerti dan kembali ke rumah dengan beban menyumbangkan susu sapi murni setiap harinya sampai anjing tersebut pandai berbicara dan tak lagi mengonggong.

Selama satu tahun belakangan, setiap hari orang-orang berdatangan untuk menyumbangkan susu sapi murni. Mereka mengalami banyak kerugian karena susu sapi yang biasanya mereka jual kini harus disumbangkan untuk seekor anjing. Dan warga sekitar serta warga di luar desa mulai kekurangan kalsium karena tidak pernah lagi mengonsumsi susu sapi. Kini yang terdengar dari rumah pak RT hanyalah longlongan anjing yang sama sekali tidak diketahui wujudnya oleh warga. Setiap saat, bahkan ketika bermimpi pun pak RT hanya mendengar gonggongan dan dengusan yang berusaha mengeja kata ba-pak. Sampai kapan pun, anjing hanya bisa mengonggong dan bukan berbicara. Anjing mungkin saja bisa berbicara ketika anjing itu berganti nama, jenis, dan kebiasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar