Hari
itu matahari masih menggantung di atas kepala, atmosfer menyemburkan hawa panas
sampai ke lapisan kulit bagian dalam, suasana masih sunyi senyap yang terdengar
hanyalah suara eluhan dan suasana riuh piring, mangkok dll. karena seluruh
warga di desa “Ambisius” pada menyiapkan santapan makan siang masing-masing.
Tiba-tiba langit gelap serasa hari akan petang saja. Tanpa direncanakan, semua
penduduk muncul dari balik pintu masing-masing, menghambur turun ke halaman
rumah dan bergunjing dengan tetangga terdekat mereka. Aneh, langit diselubungi
awan hitam tapi bayangan masih berada tepat di bawah kaki layaknya ketika
matahari tepat berada di atas kepala, terpaan cahaya matahari sedikit pun tak
terlihat tapi hawa panas masih mengelus kulit.
Tiba-tiba
terdengar suara guntur menggelegar sekali, langit cerah kemudian turun hujan
sangat lebat. Semua warga kembali berlari menaiki rumah masing-masing kecuali
ibu-ibu yang harus mengangkat jemuran terlebih dahulu. Besoknya para warga menemukan
amplop di depan pintu mereka yang berisi surat panggilan untuk berkumpul di
rumah pak RT guna merundingkan sesuatu. Semuanya diharapkan turut serta karena
itu semua sekolah diliburkan dan institusi pemerintah yang lain diperintahkan
untuk tidak beraktivitas dulu sementara waktu.
Di
rumah pak RT sudah berkumpul beberapa warga, yang datang langsung dipersilahkan
lesehan di pekarangan sedang pak RT, staf, dan keluarga duduk berjejer di kursi
masing-masing di teras menghadap ke pekarangan rumah.
“Selamat
datang, salam sejahtera untuk kita semua”, kata pak RT selaku moderator.
“Sore
ini kita berkumpul di tempat ini guna membahas sesuatu yang amat penting bagi
kelangsungan desa kita tercinta”, sapa pak RT dengan hangat setelah melemparkan
pandangan ke setiap warganya yang sedang menjawab salam di dalam hati, karena
di desa “Ambisius”, menjawab salam orang-orang yang berkedudukan dianggap
kurang ajar.
“Kemarin
setelah hujan redah, salah seorang warga datang menghadap ke saya, melaporkan
bahwa dia menemukan seekor anak kucing yang mirip anjing atau anak anjing yang
mungkin adalah kucing. Karena kita menganut paham demokrasi, kita akan
sama-sama berembuk untuk mencari tahu kebenaran yang sebenar-benarnya”.
“Pak
apa hubungannya status nama bagi hewan itu terhadap kelangsungan desa kita”,
timpal salah seorang warga.
“Ya
jelas berhubungan, sebab selain belum diketahui jenisnya, hewan tersebut juga
sulit ditentukan jenis kelaminnya. Nanti saya dan staf saya yang kewalahan
ketika kucing atau anjing itu sudah berumur tujuh belas tahun. Jenis kelamin
apa yang akan dicantumkan pada KTP beliau. Nah, itu baru urusan kecilnya.
Bagaimana kalau tiba-tiba kepengen liburan ke luar negeri. Tak ada KTP berarti
nda bisa membuat pasport dong”.
Semua warga mengangguk mengerti.
“hadirkan
saja dulu anak kucing yang mirip anjing atau anak anjing yang mungkin adalah
kucing itu pak RT”,
“panggil
dukun beranak kampung sebelah saja pak RT”,
“atau
hadirkan seorang dokter kelamin dari kota”, Kata warga sahut-menyahut
memberikan ide.
“Untuk
sementara saya akan memanggil ketua Komnas perlindungan anak, sembari saya dan
para staf mencari tahu lewat internet, kalian bisa pulang ke rumah
masing-masing untuk merenungi hal ini dan kembali berkumpul besok pada jam dan
tempat yang sama. Hadirkan semua kerabat kalian karena sampai masalah ini
selesai, sekolah dan institusi yang lain masih akan tetap diliburkan”.
Semua
warga meninggalkan tempat itu dengan tertib dan dengan perasaan mereka
masing-masing. Ada yang prihatin, turut prihatin sambil berpikir keras untuk
solusi yang terbaik, ada yang biasa-biasa saja, bahkan ada yang tidak mengerti
sama sekali, dan sisanya bersikap acuk tak acuh.
Keesokan
harinya, benar mereka kembali berkumpul dan beberapa datang lebih cepat untuk
mendapatkan tempat di bagian depan karena kabarnya pak RT akan menghadirkan anak kucing yang mirip anjing atau anak anjing
yang mungkin adalah kucing tersebut di tengah-tengah warga. Bahkan yang datang
hari itu jauh lebih banyak, pekarangan yang diperuntukkan untuk seribu warga
desa “Ambisius” penuh sesak karena warga dari luar desa juga berdatangan untuk
menyaksikan sendiri berita besar yang menyebar dari mulut ke mulut itu. Bahkan,
jika akses ke desa tidak sulit dan terisolir, pak RT berinisiatif untuk
menghadirkan wartwan dari beberapa media massa.
“Para
warga sekalian, saya punya kabar gembira. Setelah semalaman berembuk dengan
para staf dan keluarga besar yang lain. Telah diketahui bahwa anak kucing yang
mirip anjing atau anak anjing yang mungkin adalah kucing tersebut terbukti adalah
anjing”. Semua warga bersorak riuh gembira mendengar kabar baik tersebut dan
turut legah atas pencapaian yang dilakukan oleh pak RT dan staf serta keluarga.
“tunggu
pak, kami perlu bukti, dan tolong hadirkan hewan yang diputuskan sebagai anjing
itu di hadapan kami”, gugat seorang pemuda yang disambut dengan teriakan setuju
dari beberapa warga.
“Baiklah
tenang dulu biar saya ceritakan. Dari sumber yang saya dapatkan di internet,
untuk mengetahui kebenaran akan jenis
hewan adalah dengan memberinya asi eksklusif atau dengan meminumkannya susu
sapi murni. Kemarin saya berhasil menemukan ibu susu yang cocok untuk anjing
tersebut dan terbukti, panginya anjing itu sudah bisa menggonggong. Tapi kami
mengalami kendala sebab ibu susu yang telah disiapkan sekarang ini dikabarkan
kritis karena terkena virus rabies. Oleh karena itu, sebagai solusi saya
meminta kesedian warga untuk menyumbangakan susu sapi murni sampai anjing itu
bisa berbicara”.
“memangnya
anjing bisa bicara pak?”
“Ya
bisalah, ini kan bukan anjing biasa. Ini anjing titipan Tuhan, tidak jelas
siapa bapaknya. Sama seperti Isa al Masih”.
Semua
warga mengangguk mengerti dan kembali ke rumah dengan beban menyumbangkan susu
sapi murni setiap harinya sampai anjing tersebut pandai berbicara dan tak lagi
mengonggong.
Selama
satu tahun belakangan, setiap hari orang-orang berdatangan untuk menyumbangkan
susu sapi murni. Mereka mengalami banyak kerugian karena susu sapi yang
biasanya mereka jual kini harus disumbangkan untuk seekor anjing. Dan warga
sekitar serta warga di luar desa mulai kekurangan kalsium karena tidak pernah
lagi mengonsumsi susu sapi. Kini yang terdengar dari rumah pak RT hanyalah
longlongan anjing yang sama sekali tidak diketahui wujudnya oleh warga. Setiap
saat, bahkan ketika bermimpi pun pak RT hanya mendengar gonggongan dan dengusan
yang berusaha mengeja kata ba-pak. Sampai kapan pun, anjing hanya bisa
mengonggong dan bukan berbicara. Anjing mungkin saja bisa berbicara ketika
anjing itu berganti nama, jenis, dan kebiasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar