Senin, 17 Februari 2014

Pesan untuk Harum Surgaku



Kata siapa saya tidak tau apa itu sakit, bagaimana penderitaan menjadi bagian dari kehidupan, dan apa yang terjadi ketika oksigen pun enggan menggandeng dan memberikan tuntunan hidup yang lebih indah. Sejak kecil saya sudah belajar memahami dan menerima kenyataan, menerima sakit dan menyimpannya sendiri, memeluk harapan yang pada akhirnya mengering dan berakhir di tungku perapian layaknya abu.
Lahir dari keluarga sederhana dan bahagia adalah surga dunia pertama yang kukenali. Ayahku adalah seorang petani dan penggarap empang milik orang lain dan ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Dari tangan-tangan kasar mereka saya belajar memberi dan menerima. Ayahku hanyalah lelaki paruh baya yang menamatkan pendidikan terakhirnya di Sekolah Menengah Atas. Meski begitu, keputusan-keputusan yang ia ambil jauh lebih bijaksana daripada para petinggi negara. Jika seseorang bertanya darimana saya belajar menerima, maka jawabannya adalah ayah. Diamnya adalah suara kalbu yang mampu menelusup jauh ke dalam nalar.
Suatu hari, ayah mendapat tawaran untuk menjadi staf kepala desa. Kulihat senyum bahagianya yang sangat renyah, sangat jarang aku melihat senyum khasnya itu. Kepada ibu dia bercerita kalau pekerjaan itu benar-benar sudah menjadi rezeki maka kebutuhan akan lebih mudah terpenuhi, biaya sekolah anak-anak bisa terjamin, bahkan sisanya bisa ditabung untuk kebutuhan sekunder. Senyum itu menular sangat cepat dan kami sekeluarga selalu berdoa untuk semua yang terbaik. Tapi, tak ada jalan yang mudah untuk semua kebaikan. Seseorang gila jabatan dan haus akan tahta mendatangi ayah dan mengatakan bahwa seorang seperti ayah tidak pantas untuk jabatan itu, bahkan SK yang sudah di tangan direbutnya dengan sikap kasar. Kubayagkan air muka yang lelah akan urusan dunia itu menunduk kecewa. Bukan karena gila jabatan atau pun haus tahta, melainkan pendapatan tetap yang sudah iya bayangkan secepatnya memudar dari semua perencanaannya.
Tak banyak kata yang iya keluarkan, katanya belum rezeki. Lain ayah lain ibu, ia menceritakan kembali kejadian yang kemudian lebih banyak membuat ayah bertawakkal dalam diamnya. Air mata menyelingi tutur katanya, isakan pedih tak dapat disembunyikan lagi. Ya Tuhan, hapuslah air mata beliau dengan tangan-tangan kekuasaanmu, kuatkan perempuan yang kusayangi ini karena sampai hari ini aku belum bisa membahagiakannya. Kurasakan mataku mulai hangat, aku pamit ke dapur untuk mencuci piring-piring kotor dan menangis sejadi-jadinya di sana. Tidak akan kubiarkan diriku terlihat lemah di depan kedua orang tuaku terutama ibu.
Kejadian itu bukanlah yang pertama dan satu-satunya. Jauh hari sebelumnya, ayah pernah mendapat kepercayaan untuk menjadi ketua TPS di desa kami. Sekali lagi, bukan karena gila tahta atau pun haus jabatan, melainkan karena dia tidak dapat menolak. Dijalankannya semua amanah itu dengan sungguh-sungguh, pekerjaannya selalu selesai tepat waktu dengan imbalan lelah karena tanggung jawabnya di tambak tak pernah ia tinggalkan.
Memang pada dasarnya setiap keberhasilan selalu diselingi oleh sikap iri dari berbagai pihak. Hanya karena konsumsi yang terhitung cukup ― biasanya berlebih ― orang-orang malah memfitnah ayah menggelapkan dana dan katanya “ jelas saja konsumsinya tidak cukup, paling ditaruh sebagian di rumah buat dimakan sama anak-anaknya”. Ini bukan karangan karena mereka bergunjing di depan mataku. Maafkan aku ibu, air mata ini di luar kuasaku.
Atas dasar apa mereka berkata seperti itu. Memang kami orang tak berpunya, tapi kami bukan pencuri, setiap hari makanan yang disuguhkan ibu sangat jauh dari kata mewah tapi kami selalu mensyukurinya. Ketika anak-anak yang lain bermain sepeda, adik-adikku hanya bisa berjongkok di tepi lorong, menunggu teman yang kelelahan untuk kemudian dimintaki untuk meminjamkannya sepeda. Jika tidak dipinjamkan mereka tidak pernah memaksa apalagi menjahati mereka, kedua adikku hanya pulang ke rumah dan merengek agar mereka juga dibelikan sepeda. Sabar ya adik-adikku sayang, suatu hari nanti kalian juga akan mengendarai sepeda seperti yang dimiliki oleh teman-teman kalian. Dan ayah, jangan masukkan ke hati hujatan orang-orang tak bermoral itu, suatu hari nanti mereka akan mendapatkan balasannya. Tangan tuhan jauh lebih kuasa daripada umpatan setan.
Ayahku, lelaki terbaik yang pernah kukenal. Kelak laki-laki sepertinyalah yang akan kujadikan panutan dalam pencarian imamku. Terkadang kulit gelapnya luka dan mengering sendiri tanpa pernah diobati, dengan kuku kaki dan tangan yang masih berlumpur beliau memasukkan air ke dalam cerek, membasuh wajahnya dengan khidmat dan menggelar sejadah dengan ikhlas. Ketika istrinya tertidur pulas dan anak-anak gadisnya terlihat sibuk meski dengan sesuatu yang tidak penting, beliau menakar gula dan kopi, memanaskan air, dan menuangkannya ke cangkir dengan mata sayup dan merah karena seharian diterpa terik pagi sampai sore. Dengan nafas yang tidak teratur lagi, selepas isya beliau duduk di kursi tua sembari berzikir dan menghembuskan asap kretek dengan harga termurah di warung manapun. Dia yang selalu mengaku punya uang ketika anak-anaknya ingin membayar dan membeli kebutuhan sekolah, padahal entah di mana lagi dia berhutang. Baginya, pendidikan anak-anaknya adalah harga mati.
Ayah, mengawali harinya dengan selalu berucap bismillah, mengayuh sepedanya dengan tekun meski kendaraan orang-orang sudah bermotor. Setiap hari menyentuh lumpur yang jauh lebih suci daripada Buddha, mengeringkan gabah dengan peluh yang tak terhitung, menimba air di sumur kering untuk mandi anak-anaknya ke sekolah dan untuk istrinya mencuci piring dan pakaian, memasang pukat di malam hari dengan taruhan kantuk dan tubuh menggigil, melupakan hak atas apa yang disebut kewajiban. Tubuh rentah itu hanya tersisa jiwa seorang patriot, raganya sudah habis dia bagi-bagikan untuk keempat anaknya. Dan anakmu yang paling banyak menggerogoti ragamu ini, akan berjuang atas apa yang kau sebut kewajiban. Kelak adik-adikku akan menjadi tanggunganku dan kau ayah, juga ibu. Abdiku sepenuhnya untuk kalian.

Makassar, 18 Februari 2014
Anakmu ..

Selasa, 04 Februari 2014

Tandus

Akar
 
Sehelai jatuh melewati kehijauan
di ambang pertemanan
Keutuhannya berserak menguap
dikabarkan angin

Belum sempat kupetik harum bungan rindumu
Sehelai jatuh pertanda tak utuh lagi

Dipungut, diterbangkan kecewa
Dipandang tak menyenangkan
Dibuang sudah terbuang

Di hari terakhir sebelum kami berpisah aku masih duduk berdampingan dengannya, dia duduk persis di sebelah kananku, yang membatasi hanyalah rasa canggung atas sebuah awal perkenalan. Di hari terakhir sebelum kami berpisah di sebuah pertemuan setelah beberapa waktu perpisahan, dia kembali duduk di sebelahku, persis di sebelah kiriku, yang membatasi hanyalah rasa benci akan sebuah wujud kekecewaan atas pembodohan selama aku menjalin pertemanan dengannya.
Di akhir pertemuan setelah menjalin pertemanan, kami berpisah di sebuah persimpangan. Dia pamit dan berbalik. Hanya banyangan punggungnyalah yang bisa kukenang sampai kami akhirnya bertemu kembali. Di awal pertemuan setelah kami berpisah aku kalang kabut menghadapi tatapan tegas matanya, aku canggung, tak tahu memulai dari mana untuk menciptakan percakapan yang hangat. Sebisa mungkin aku menanyakan hal-hal sederhana dan dia menjawabnya jauh lebih sederhana. Aku terlalu takut untuk mengartikan semua resahku, semua. Aku rindu ketika kami tak bertemu, aku bahagia ketika kesempatan berbincang itu ada, aku susah tidur ketika dia memperlkukanku layaknya wanitanya, dan aku cemburu melihat perlakuaannya sama saja ke wanita lain.
Masalah itu akhirnya datang juga, aku bahagia dan itu semu. Semua hal ketika itu menyangkut kepentingannya atas diriku, semaksimal mungkin kuusahakan, kumanipulasi sebaik mungkin agar aku terlihat tidak keberatan. Semua konsekuensi seakan kuhapuskan secara sepihak, demi dia dan tidak untuku. Tapi tak apalah, selama semuanya masih berjalan normal, kenapa tidak?
Saat itu belum kurasakan kejanggalan dalam hubungan pertemanan kami yang kupikir akan berakhir pada sebuah persahabatan, dia memberi jarak yang tidak terlalu jauh tapi jelas kurasakan, aku mengabaikannya. Sampai pada akhirnya aku tahu bahwa dia bukanlah seorang teman dan tidak pantas dijadikan seorang sahabat. Dengan retorika yang manis, dia terang-terangan memfitnahku dan di tengah keberhasilanku akan sesuatu dia dengan sigap berdiri di belakangku dan menghujatku dengan sikap iri, sungguh itu tidak pantas. Aku marah karena sikapnya itu adalah sampah yang menghalangi aliran hangat di hatiku. Tidak bisakah dia bicara langsung di depanku, dan bukan di belakangku?
Setelah sikapnya yang keterlaluan itu, tak sedikit pun dia menunjukkan sikap bersalah dan usaha untuk meminta maaf. Baiklah, kalau itu yang kamu harapkan. Barulah setelah itu aku tahu kalau selama ini dia hanya memanfaatkanku atas kepentingannya yang tak pernah dia pandang sebagai bantuan seorang teman, melainkan sebagai abdi seorang budak.
Di hari, di mana kami kembali duduk berdampingan― dia di sebelah kiriku― dia hanyalah orang lain di mataku, tidak kurang tidak lebih. Jangankan untuk menoleh melihatnya, mengingatnya sebagai seseorang yang berada di sampingku pun aku sudah tidak mau. Sekali lagi, keberadaannya di depan mataku layaknya sampah yang mengganggu pandangan. Dibakar mengakibatkan polusi, dikubur tidak dapat diurai, dibuang ke sungai akan berakibat bencana, dan didaur ulang sudah “nggak guna”, nasi sudah jadi bubur.

Sebuah Karya Semi-Imiah



JOMBLO DAN KEHIDUPANNYA DALAM KAITANNYA DENGAN SUATU BENTUK EKSISTENSI SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Kartini
Komunitas Jomblo Intelektual Indonesia

I.             PENDAHULUAN
Kita berkomunikasi dengan bahasa. Dalam sebuah tulisan saya pernah membaca bahwa terkadang apa yang kita katakan dengan yakin  sekali pun belum dapat dipercayai kebenaranya, sebab tidak semua apa yang ingin kita katakan menemukan  padanan kata yang tepat, dengan kata lain bahwa kata itu penggunaannya terbatas. Kira-kira apa kata yang tepat ketika saya ingin menyederhanakan sebuah definisi mengenai seseorang yang tidak memiliki hubungan fisik maupun emosional yang tidak disertai dengan keterikatan dan diperkuat dengan istilah komitmen? Jomblo? That’s right.
Jomblo, erat kaitannya dengan kondisi sosial seringkali mendapat pandangan positif ataupun negatif dari masyarakat terutama dari kaum nonjomblo itu sendiri. Tidak jarang kita temui berbagai tindakan yang tidak menyenangkan pencemaran nama baik dan penjatuhan karakter ― atau pun eksploitasi terhadap kaum  jomblo di dunia nyata atau pun di dunia maya.
II.          PEMBAHASAN
Jomblo Berdasarkan Jenis
1.      Jomblo Terlanjur Basah
Dalam hal ini, tidak dikatakan bahwa jomblo terlanjur basar adalah jomblo yang habitatnya di laut, sungai, atau pun di rawa-rawa. Tapi, istilah jomblo terlanjur basah ditujukan kepada seorang  jomblo yang memiliki rentan waktu kejombloan yang cukup lama dan sudah terbiasa dengan hal tersebut. Biasanya ini terjadi karena adanya sikap acuh dan  masa bodoh, atau pun merasa belum terlalu membutuhkan pasangan. Namun, jomblo jenis ini tidak akan bertahan lama, sebab tidak akan ada manusia yang sanggup hidup sendiri tanpa seorang pendamping sejati di dalam hidupnya.
2.      Jomblo Terjamin
Jomblo terjamin adalah jomblo yang dapat diragukan keeksistensiannya sebagai seorang jomblo. Di samping rutinitas yang dijalani sebagai seorang jomblo, ia (jomblo) sedang menjalin hubungan dengan seseorang dan hanya menunggu terucapnya komitmen sampai pada akhirnya ia masuk ke dalam kategori nonjomblo. Jomblo terjamin dapat disinonimkan dengan HTS (Hubungan Tanpa Status).
3.      Jomblo kedaluwarsa
Jomblo kedaluwarsa atau lebih dikenal dengan istilah expired single adalah jenis jomblo yang paling memprihatinkan. Sebab, seperti yang kita ketahui. Kedaluwarsa berarti sesuatu yang sudah tidak layak konsumsi karena tak pernah tersentuh tangan sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena kemasan yang tidak menarik ataupun rasa dan bentuk yang rata-rata atau pun di bawah rata-rata. Solusi yang tepat untuk jomblo ini adalah menurunkan harga sesuai dengan standar pasar nasional yang berkesesuaian dengan kualitas prodak yang ada. Kalau tidak, jomblo jenis ini akan berakhir dengan kondisi jomblo permanen ( permanent single).
Jomblo Berdasarkan Tingkatan Rentan Waktu
1.      Jomblo Ringan ( 1-2 bulan)
Jomblo jenis ini memiliki tingkat logika yang tinggi dan cenderung cepat melupakan. Walau pun tidak cepat melupakan, setidaknya dia berusaha untuk tidak lagi mengingat yang telah lalu (flash back). Namun, jomblo jenis ini sering mendapatkan predikat sebagai playboy atau pun playgirls.
2.      Jomblo Sedang ( 3-12 bulan)
Jomblo ini sering dikaitkan dengan kata gagal move on. Terlalu mengandalkan perasaan dan erat kaitannya dengan fenomena kangen mantan. Penyebabnya macam-macam, ada yang’ katanya’ masih ingin sendiri atau pun masih menikmati kesendirian, belum bisa membuka hati atau praktisnya masih trauma. Tapi, tak perlu khawatir, karena jomblo jenis ini mudah diluluhkan dengan perhatian.
3.      Jomblo Akut ( 1 tahun - ~ (tak terhingga))
Jomblo yang satu ini mungkin sudah tak terselamatkan lagi dan sangat sulit dilacak penyebabnya. Kalau pun kita menebak-nebak, takutnya akan menyebabkan fitnah. Jadi, ketika kalian bergosip untuk mencaritahu penyebab dari jomblo akut ini, jawab saja dengan tenang, dengan mimik wajah yang pasrah, wallahualam.
Berdasarkan riset yang pernah saya lakukan di kelas Sastra Indonesia angkatan 2012, kebanyakan dari mereka cenderung ke dalam jomblo terlanjur basah (berdasarkan jenis) dan jomblo akut (berdasarkan tingkatan rentan waktu). Tapi yang luar biasa dari mereka adalah motivasi untuk mengagumi lebih dari satu orang. Entah itu untuk bersenang-senang atau pun hanya untuk menutupi kekakuan mereka dalam bersikap sebagai seorang jomblo. Wallahualam.
Jomblo Berdasarkan Penyebab
1.      LDR ( Long Distance Reletionship)
Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa pacaran jarak jauh adalah salah satu gaya berpacaran yang tidak diragukan lagi sebagai penyebab hancurnya suatu hubungan. Terbukti, dari sekian banyak kasus pacaran jarak jauh, yang bertahan diperkirakan tidak mencapai 50% bahkan di bawah dari 40% (Kartini, 2009: 40).
Ketika sebuah hubungan tak dapat dipertahankan lagi karena pondasi kepercayaan telah rubuh oleh komunikasi yang stagnan, maka jalan yang terbaik adalah mengakhiri hubungan tersebut. Tapi, jomblo jenis ini secepatnya akan move on ketika seseorang datang menawarkan perhatian. Apalagi ketika perhatian itu datang ketika Sang jomblo mengalami kasus haus kasih sayang.
2.      Hadirnya Orang Ketiga ( Three in One)
Ketika dalam suatu hubungan berada dalam masa transisi, di mana salah satu atau bahkan kedua belah pihak mengalami kejenuhan. Maka alternatif yang ditawarkan adalah mencari suasana baru. Ketika kondisi seperti ini terjadi, kemungkinan untuk membuka hati untuk orang lain terbuka lebar. Apalagi, ketika orang ketiga itu menawarkan sesuatu yang kita cari selama ini, yang tidak ditemukan pada pasangan. Dan pada akhirnya kita merasa nyaman dan melupakan konsekuensi dari perbuatan tersebut. Pertengkaran tak dapat dihindari dan pertanyaan pun muncul dari salah satu pihak “kamu pilih aku atau dia?” yang ditanya pun hanya diam dan dengan kesimpulan yang dibuat sendiri, yang bertanya pun memilih untuk pergi dan mengalah.
3.      Cinta Tak Direstui ( Intern Problem)
Ketika masalah tak muncul dari salah satu atau pun kedua pihak serta orang ketiga. Biasanya masalah muncul dari pihak keluarga, kerabat, atau pun sahabat. Seperti yang dikatakan orang, cinta itu buta. Mungkin benar saja bahwa orang yang kita anggap sempurna itu adalah masalah dan akan menjadi musibah bila hubungan itu dipertahankan. Tapi kita tahu apa? Yang kita tahu kita menyayanginya dan bahagia ketika bersamanya. Tapi apa boleh buat, meskipun kenyamanan adalah yang utama, tapi kita tak sepenuhnya bisa lepas dari realitas sosial. Dan ketika kenyamanan itu goyah oleh relitas sosial, berpisah adalah satu-satunya cara yang dapat ditempuh.
Kelas-Kelas dalam Komunitas Jomblo
1.      Jomblo Agung ( Hight Class)
Adalah kelas jomblo yang menjunjung tinggi status kejombloannya sebagai perlambangan jati diri, jomblo yang menempatkan diri sebagai keharusan dalam tahap seleksi yang panjang. Jomblojenis ini biasanya menolak penggunaan diksi jomblo dan merasa lebih terhormat dengan penggunaan diksi singgel (single). Dampaknya, jomblo jenis ini sering dikait-kaitkan dengan predikat ‘jual mahal’ atau pun ‘pilih-pilih’. Jika Anda termasuk dalam kategori ini, janganlah terlalu mendengar kata-kata orang lain, karena tak ada yang mengenal dirimu sebaik kau mengenali dirimu sendiri.
2.      Jomblo Hina ( Economi Class)
Adalah kelas jomblo yang memanfaatkan status kejombloannya di jalan yang tidak benar, yaitu dengan mendekati lebih dari satu orang (multi talent) yang berakhir dengan kasus PHP (Pemberi Harapan Palsu). Mereka cenderung mendekati orang lain tanpa pernah memikirkan untuk menjalin komitmen sedikit pun, melakukan eksploitasi yang berakhir pada pengrusakan. Kita bisa menamainya penjahat cinta. Jomblo jenis ini sulit dimaafkan, selain karena tingkat kejahatan yang banyak merugikan orang lain ― dalam kaitannya dengan kasus hati, kelas jomblo ini telah melakukan pencorengan atas nama jomblo dan mengakibatkan pandangan negatif orang-orang terhadap kaum jomblo. Hidup jomblo!
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa seseorang dengan status jomblo seringkali mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan. Berikut beberapa penjelasan mengenai perlakuan kurang menyenangkan dilihat dari lingkungan sosial tindak kriminal itu terjadi.
Eksploitasi Jomblo dalam Kaitannya dengan Pemanfaatan Dunia Maya
Perlakuan tidak menyenangkan erat kaitannya dengan pemanfaatan dunia maya setiap saat dapat ditemukan di berbagai jejaring sosial. Baik di facebook maupun twitter. Oknum-oknum tertentu terkadang memanfaatkan sisi gelap jomblo untuk menciptakan anekdot-anekdot dengan tujuan menghibur orang banyak tanpa mempertimbangkan efek psikis yang ditimbukan, yang kemungkinan besar dapat menimbulkan goncangan di dalam jiwa dan fatalnya berakhir dengan usaha bunuh diri.
Beberapa contoh yang dapat ditemui:
Pacaran: sayang banget sama kamu| LDR: sayang kamu jauh| Jomblo: sayang sekali Anda belum beruntung
Pacaran: peluk-pelukan sama pacar| LDR: peluk-peluk foto pacar| Jomblo: Pelukan sama bantal guling
Tidak ada malam  minggu bagi jomblo, yang ada hanya sabtu malam. Selamat bersabtu  malam mblo!
Bedanya pacaran sama jomblo itu, kalau pacaran setiap malam minggu tunggu dijemput sama pacar. Kalau jomblo setiap saat menuggu dijemput oleh Israil.
Terbukti bahwa jomblo adalah orang yang paling setia. Bagaimana mau selingkuh, pacar aja nggak punya.
Itulah beberapa kutipan yang jelas melakukan eksploitasi terhadap kaum jomblo dan sisanya bisa ditemukan lebih banyak lagi di luar sana. Sebagai saran, sebaiknya pemerintah membentuk sebuah badan perlindungan layaknya pemerintah melindungi hak anak, misalnya saja P3FPBKJDMLN (Pemeliharaan dan Pemberdayaan serta Perlindungan Fisik dan Psikis bagi Kaum Jomblo baik di Dalam Maupun di Luar Negeri).
Eksploitasi Jomblo di Dunia Nyata
Dibandingkan dengan dunia maya, memang dalam kehidupan nyata eksploitasi terhadap jomblo dianggap lebih fleksibel tapi dampak psikis yang ditimbulkan jauh lebih dalam. Misalnya saja dalam sebuah kutipan “ tempat sampah aja pasangan, masa kamu enggak”, atau “ truk aja gandengan, masa om enggak”, dan beberapa versi lainnya yang bertebaran di mana-mana.
Dari penjelasan di atas, masing-masing dari kita mungkin sudah menafsirkan sendiri tentang eksistensi jomblo di dunia maya maupun di dunia nyata. Walaupun jomblo sering dianggap aib atau pun sampah masyarakat, sadar atau tidak sadar, status jomblo juga mendatangkan dampak positif. Misalnya:
-          Hemat, baik dari segi pulsa, ongkos, dan kepentingan bersama
-          Tidak memiliki beban pikiran yang banyak untuk mengingat beberapa tanggal penting dan persiapan untuk perayaannya
-          Tidur cukup dan tugas-tugas kuliah selesai tepat waktu (jika Anda adalah jomblo on time)
-          Bebas bergaul dengan siapa saja tanpa perlu meminta izin dari pihak yang berwajib
-          Tidak wajib lapor 24 jam
-          Mempertajam ingatan tentang kapan kita harus makan, salat, mandi, pulang, dll.
-          Jarang bohong
-          Jauh dari dosa
-          Memiliki peluang besar untuk mendekati siapa saja
-          Tidak perlu makan hati



III.    PENUTUP
Kesimpulan
            Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jomblo adalah makhluk yang unik dan selalu menjadi buah bibir di dalam masyarakat sosial. Baik itu di dunia maya atau pun di dalam kenyataan. Meskipun begitu, selain dampak negatif, status jomblo juga mendatangkan keuntungan tersendiri.
Saran
            Sebagai makhluk sosial yang menghargai sesama, sebaiknya kita melihat status jomblo sebagai fenomena yang hits dan tak lagi tabuh. Karena, manusia memiliki sifat yang unik sebagai seorang individualis untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang lain (pasangan).

Sumber: Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis