Kusaksikan makhluk-makhluk
dunia menari pilu,
sedang aku bahagia
Menjadi saksi atas
kembalinya roh-roh gaib,
tenggelam di antara
nisan batu gunung dari timur dunia,
mengemban amanah
angin,
menyembah aroma
humus,
meratapi sisa sadar
memeluk tangis,
mengantongi sisa
bahagia barat dunia.
Bahagialah . . .
Cukupkan satu mata
air
Cukuplah sekali air
mata
Saksikan saksimu
untuk bersaksi
“Angin tak pernah
membutuhkan ikatan untuk merambati rindu-rindu musim penyembah tanah lembab
yang berdosa, sebab arah tak pernah keliru
hanya ada barat
setelah timur”
Bahagiakan . . .
Teduhkan hati
menyambut barat
Kukabarimu lewat
akar
kelak, aku adalah
humus penebus dosa
Layaknya nabi pada
kaumnya,
hamba pada Tuhannya,
daun pada akarnya.
Sederhana,
kau hanya perlu
menunggu kabar angin untuk menjadi humus;
abadilah dalam
batang
tempat roh-roh
bersemedi mengikat diri
Sungguh lupa adalah
dosa
Bahagia . . .
Tuhanku, Anginku,
Humusku
arahkan tanganku
juga tanganmu
tuliskan surat
wasiat atas nama malaikat
pembawa cinta;
pembawa bahagia
“aku bahagia pernah
berbahagia”